Sesal yang Terindah



Kisah ini berawal dari kehidupan seorang pria yang selalu ceria dan semangat.
Radit. Angga Raditya seperti itulah teman-teman memanggilnya, disetiap pagi ketika matahari mulai nampak.. ketika semua terlihat indah.. tepatnya pada pukul.06.30 WIB. Radit selalu setia untuk menunggu dan menunggu seseorang untuk hadir dalam pagi yang akan ia jalani.
Ya!
“Ra..dit…”  ucap mega yang telah datang tepat didepan rumahnya.
“Sebentar…” saut Radit.
Akhirnya mereka pun pergi meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu disekolah, heem selalu saja ega menyuruh Radit untuk membawa motor … namun inilah yang membuat Radit menjadi semakin ceria, kalian tau kenapa ? ia.. sebenarnya karna memang Radit nda punya motor si,, hehe
“Medit…” Yupz. ! itulah panggilan Radit disekolah SMK Telekomunikasi Telesandi Bekasi, seperti biasa Radit menjalani hari-hari disekolah dengan memberikan senyuman kepada orang-orang yang ada didekatnya.
Radit adalah murid yang cukup cerdas dikelasnya, dia pandai untuk menghafal begitu banyak teori ketika akan ada ulangan esok hari..
“Kring~~…” bel pulang pun berbunyi dan seluruh siswa/siswi disekolah pun beranjak dari bangku kelas menuju halaman sekolah untuk melakukan aktifitas mereka. Heem seperti biasa Radit pulang dengan membawa motor ega karna ega ada keperluan lain, seperti Exkul, tugas kelompok, dll. Yah maklum anak remaja harus banyak kegiatan positif. Tanpa memikirkan apa resiko terhadap motornya, ega pun mempercayakan motornya itu kepada Radit, lalu Radit pun pulang.. setelah sesampainya Radit dirumah dia masih harus menjemput ega disekolah.. yaa aktivitas itu lah yang selalu dia jalani.
..
Kiranya seperti itulah Raditya.
Hari demi hari.. waktu demi waktu.. musim demi musim.. telah terlewatkan
Guguran daun.. dan tetesan air hujan yang telah membasahi serta menemani jalan-jalan yang dilewati hembusan angin.. dan suara merdu riangnya murid-murid anak sekolah yang tak’ lagi dapat dirasakan tawa.. canda .. keluh.. kesal berbagai warna yang memberi kesan terhadap hari-hari
Pelangi.. adalah warna yang selalu menemani hari indah sang pelajar .. namun kini telah menjadi putih dan hitam
Pita suara yang dulu terdengar merdu kini menjadi nyanyian yang tak’ punya melodi untuk dimainkan.
Sunyi..
Sepi..
Kehilangan..
24 july 2011.
..seharusnya ini adalah tanggal tepat dimana harusnya para pelajar memberikan senyuman mereka, berbagi kasih, dan mencari dimana kelas mereka. Tepatnya hari bahagia.
Namun siapa yang tahu akan apa yang akan terjadi pada hari esok..
..
Pagi itu Radit pergi berangkat ke sekolah.. perlahan dia melihat kertas yang tertempel di setiap pintu-pintu kelas XII, ya ! itu adalah daftar nama-nama murid yang berada pada kelasnya masing-masing. Radit mengira dia tidak teliti sehingga melewatkan namanya, lalu Radit pun kembali mencari, mencari, dan mencari.
Entah apa yang terfikir oleh Radit pada saat itu. Namanya memang benar-benar tidak ada bahkan disalah-satu kertas yang tertempel itu! Tak’ ada satu pun.
Langkah demi langkah dengan kepala tertunduk ia pun melangkah berjalan menuju keluar sekolah.
Sebenarnya Radit sudah bertanya kepada guru, kenapa namanya tidak ada didaftar murid kelas XII. Ternyata.. kepahitan inilah yang harus dialami oleh Radit. Alasan kenapa namanya tak’ ada hanyalah karna permasalahan ekonomi, tunggakan demi tunggakan bayaran sekolah yang tidak lagi sanggup dibayar oleh orang tua Radit membuatnya terpaksa untuk meninggalkan bangku sekolah.
Suara kaki yang biasanya terdengar kini hilang bagaikan berjalan di udara
Salam yang biasanya terdengar halus terucap kini tak’ lagi terdengar
Itulah yang dialami oleh Radit ketika sesampainya ia dirumah. Dia hanya bisa diam, diam, dan diam duduk terdiam terbelenggu oleh luka hati yang ia rasakan. BAGAIMANA TIDAK! Pada saat teman-temanya memasuki sekolah setelah lamanya liburan namun Radit memang benar-benar harus meninggalkan sekolah hanya karna masalah seperti itu.
Prestasi dan berbagai macam kegiatan yang telah ia ikuti semuanya terasa hampa tiada berguna dan sia-sia. BAGAIMANA TIDAK! Disaat seharusnya ia berjuang untuk menuju masa depan, ternyata dia terperangkap dalam belenggu waktu yang menjadi siksa untuknya.
Radit hanya bisa menangis, menangis, dan menangis akan apa yang terjadi pada nya. Disudut ruang tamu, diatas karpet coklat ia pun menangis dan hanya ditemani oleh hembusan angin yang masuk dari sela pintu yang masih terbuka.
..
Hari demi hari telah berlalu..
Dihari itu.. Radit bertanya kepada orang tuanya tentang masalah dirinya itu namun sayangnya Radit lagi-lagi kembali kecewa dan kecewa, karna seolah orang tuanya pun sudah putus asa dan tidak mau berusaha untuk memperjuangkan dirinya untuk bersekolah lagi.
Hari demi hari terlewatkan..
Entah apa yang dilakukan Radit di waktu luangnya .. namun kini Radit telah berubah! Ia yang pada awalnya penurut dan berbakti kini berbalik 360o dari ia yang dulu.
“Radit.. Ibu minta tolong belikan Royko di warung depan gang!”
“ENGGA!!!” saut Radit
Beli saja sendiri, (gumamnya dalam hati)
“Radit.. beliin nasi goreng kek, kaka baru pulang kerja ni, lagian kmu nda apa-apain kan dirumah mending kerja sana!”
Radit yang pada saat itu sedang memegang sekotak susu, langsung melemparkan air susu itu tepat diwajag kakanya, dan ia pun langsung pergi, pergi meninggalkan rumah.. Radit singgah dirumah yanto untuk satu malam dan teman-temannya juga memberikan sedikit uang untuk kebutuhan makan Radit. Yaa walau tak’ seberapa si..                                                                                                    
Radit hanya pergi satu hari, karna kakanya langsung menelfon Radit dan meminta maaf serta meminta Radit pulang.
Radit merasa putus asa karna perlakuan orang tuanya terhadap dirinya, maka pada suatu hari.. hari dimana Radit sedang tidak ingin diganggu dan tidak peduli apapun tentang keluarganya, mama Radit pun menelfon Radit..
“Radit.. Nak’ bisa kamu pulang sekarang?”
“bodo ah! Apa si, Radit lagi main”(ga penting juga gw dirumah) gumam Radit dalam hati dan langsung menutup telfonnya.
“Kringg….” telfon Radit kembali berbunyi,
“Nak’ maafkan ibu, kamu jaga diri ia.. ibu sayang kamu Radit”
Radit terdiam hingga pada akhirnya telfon itu mati.
..
Radit tetap tidak merasakan apapun.. sebenarnya ada sedikit kegelisahan dalam dirinya pada malam itu, namun ia tidak menghiraukanya.. dan ia pun tetap melanjutkan dan menikmati acara bersama tema-temannya hingga pagi.
..
..
“Innalillahi’wainnalillahi ro’jiun”
itu lah kata-kata yang terdengar saat Radit pulang keesokan harinya, sungguh apa yang Radit pertanyakan akan apa yang terjadi, dan hanyalah Innalillahi’wainnalillahi ro’jiun yang terucap untuk memberi jawaban kepada Radit.
Suasana saat itu masih dalam keadaan pagi, namun.. apapun yang terlihat, apapun yang terdengar, dan apapun yang ada pada saat itu hanyalah dirinya dan bayang ibunya.. apapun yang ia berusaha untuk melihat, mendengar dan merasakan hanyalah hadirnya bayang seorang ibu yang saat itu tidak lagi bisa ia lihat.. dan apapun yang terdengar hanyalah suara seorang ibu yang telah menelfonya tadi malam..
Nak’ maafkan ibu, kamu jaga diri ia.. ibu sayang kamu Radit
..
Walau sekuat apapun seseorang pastilah ia akan menangis dan merasa kehilangan apabila orang yang sangat berarti dihidupnya harus pergi untuk selama-lamanya. Sungguh malang nasib radit, padahal dikeadaanya yang sekarang disaat teman-teman tak’ lagi bisa menemaninya setiap saat, disaat itulah ia mengharapkan adanya kasih sayang untuk tetap membuatnya tersenyum.
Pahit terasa, saat radit makan disebuah meja makan.. hanya sekedar nasi asin yang ia makan, namun bukanlah nasi yang ditaburi oleh garam melainkan nasi yang terasa pahit dari tetesan air matanya.
Salam yang biasanya terdengar halus terucap, kini tak’ lagi terdengar, Ya ! kini salam itu sudah digantikan dengan suara tangis, rintihan demi rintihan terdengar disetiap sudut rumah..
..
Hari demi hari yang terus berganti kini terlalui begitu saja.. semua teman dan kerabat radit hanya bisa memberikan kata demi kata yang akan menenangkan radit. Namun mungkin inilah yang lebih bisa membuatnya senang.. kira-kira seperti inilah yang terjadi saat itu,
“dy, sini sebentar..” ucap salah seorang guru
“iya.. ada apa pak’ ?” ucap dandy
“radit.. itu anaknya yang mana sih, ? anak suitsing juga kan ?”
“hm. Yupz. ! oia pak’ apa bapak sudah tau masalah dia .. sekarang dia sudah tidak sekolah lagi, padahal radit anak yang pintar, semangat, dan dia pun masuk suitsing 1”
“hm. Gitu, ia saya tau.. karna masalah administrasi. coba deh nanti kamu suruh dia kesekolah dan temui saya”
“ok! Kapan ?”
“nanti deh saya omongin dulu dengan guru-guru mungkin saya bisa bantu dia untuk sekolah lagi, ok”
“ok”
Pada saat itu.. dandy tidak langsung memberitahukanya kepada radit.. karna menurutnya hal itu belum pasti dan akan menyakitkan apabila sudah terlanjur diberitahu dan ternyata tidak terwujud.
Satu minggu kemudian dandy pun menanyakan kepastian kepada pak’ wiko yang waktu itu berbincang tentang radit dengan dirinya.
“bagaimana tentang radit pak’ ?”
“ok. Sip! Kamu suruh dia secepatnya temui saya.”
“ok. Terima kasih Pak’ !”

..
keesokan harinya dandy langsung mengajak radit renang, sebenarnya  itu adalah aktivitas rutin mereka sejak lama.. setiap hari senin itulah jadwal mereka untuk renang.
“cie.. yang enak nda usah cape-cape belajar untuk UTS, UAS, dan UN”
“argggghh,, brisik! Bikin gw iri aja ni..”
“hm. Ok besok lu ikut gw k sekolah ok .. nanti kita temui pak’ wiko, dia akan bantu lu untuk sekolah lagi” (pak’ wiko adalah wakil kepala sekolah)
“serius! Tp.. gw uda males untuk sekolah lagi pah,” (opah adalah panggilan dandy)
“gw nda peduli! Besok gw jemput. Titik!”
“terserah.”


Esok nya~

“Ra..dit..”
“iya.. sebentar”
Dengan ragu Radit pun keluar untuk berangkat ke sekolah,

“pah, gw ragu, gw malu..”
 “bismillah. Radit”

Akhirnya mereka pergi meninggalkan rumah dan menuju ke sekolah. Sepanjang perjalanan radit terus merasa malu.. radit terus memukul dandy dan menyuruhnya kembali ke rumah, namun pukulan itu tidak dihiraukan oleh nya.
“DIAM DONG! Lu mau kita kecelakaan?”
“..” (radit terdiam)

Akhirnya mereka sampai disekolah dan  langsung mencari pak’ wiko. Dan akhirnya tiba waktunya untuk radit berbicara dengan pak’ wiko.
“Assalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam, masuk dit”
“ia..”
“kamu.. sudah tidak terlalu sedihkan tentang ibu kamu,”
“emm. Insyaallah tidak”
“ok. Kamu masih mau sekolah ? langsung aja jadi gini.. minggu kemarin saya sudah berbicara dengan guru-guru dan hasilnya kamu bisa sekolah kembali sampai lulus nanti.. tp kamu tidak bisa mengambil surat kelulusan sampai kamu bisa melunasi administrasi kamu.. saya membantu karna sudah seharusnya ini saya lakukan dan karna recommend dari teman kamu”
“alhamdullilah. Saya juga langsung aja.. insyaallah saya bisa menjalani hari-hari disekolah lagi.. terima kasih pak’”
..
Kira-kira seperti itulah ringkasnya perbincangan mereka. Dan akhirnya tiba saatnya pula untuk radit kembali kesekolah.. hari-hari yang terasa berat sedikit demi sedikit terasa indah.. itu karna teman-teman yang menyemangatinya dan membantunya untuk menyelesaikan tugas… ya! Tentu radit perlu bantuan dan dukungan dari teman-temannya untuk menyelesaikan tugas.
..
Dua minggu sudah terlewat, pada malam itu tepatnya dihari ke-15, sungguh! Hal yang tidak disangka-sangka, hal yang biasanya dilihat melalui cerita di televisi, namun pada malam itu terjadi..
Masyaallah. Allahu’akbar
Sungguh kebesaran Allah S.W.T untuk menghidupkan kembali manusia yang sudah meninggal.
Ia ! itulah yang terjadi pada ibu Angga Raditya, kubur yang tadinya rapih dengan bunga melati diatasnya kini sudah terbongkar ditengah malam, sesosok putih yang berjalan terpatah-patah dan dengan keraguan serta ketakutan ini datang menuju rumah.. memang tidak ada yang melihatnya disebabkan keadaan malam yang memaksa orang-orang untuk beristirahat dan juga letak makam pun tidak berada jauh dari rumah kediaman raditya..
“Tok, tok, tok”
“Tok, tok, tok, Assalamu’alaikum”
“Tok, tok, tok”
Satu per satu orang-orang yang berada dirumah terbangun dan ingin membukakan pintu.. satu per satu mulai dari suami, kaka mereka semua hanya bisa terdiam melihat sosok yang mereka lihat dihadapan mereka lalu pingsan. Namun ketika radit beranjak dari kasur menuju pintu untuk melihat apa yang terjadi sosok itu dan radit terdiam.. sunyi.. sepi.. suasana hampa pada saat itu tiba-tiba dihadirkan dengan tetes demi tetes air mata yang sudah terbelenggu diantara mereka, tangis tanpa suara.. itulah yang mereka lakukan.
Langit yang seharusnya terlihat hitam.. langit yang seharusnya tertutupi oleh awan.. langit yang seharusnya terlelap.. kini seakan telah hidup dan menjadi saksi bagaikan atap yang menghangatkan mereka ketika hujan..
Bulan pun ikut menjadi penghangat mereka dengan sinarnya.. dan waktu pun berlalu dengan tetesan air mata yang terus mereka tumpahkan. Dan hanya peluk dan ucapan maaf nan indah yang terucap.

*Quote
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….
..
Jika belum pernah
Kau dengar ucapan terima kasihku
Ketahuilah doaku ini
Moga Tuhan menyayangimu
Seperti mana kau mengasihiku
Dari dulu hingga kini
Untuk selama-lamanya

*
 
Mungkin itulah dan seperti itulah kutipan yang mungkin bisa menggambarkan suasana hati radit.
Mungkin inilah yang akan menyadarkan radit akan semua hal yang telah ia lalui.
Dan mungkin inilah yang akan membuatnya lebih baik dari hal yang pernah ia lakukan.
..
Tidak selesai sampai disitu! Ibu raditya pun bercerita tentang apa yang ia alami ketika tertidur (mati suri)
ini bagaikan mimpi.. semua terasa seperti ibu tertidur seperti biasa, namun mimpi yang kali ini ibu alami adalah mimpi yang menyadarkan ibu tentang kamu radit,, didalam mimpi itu ibu terbang.. bagaikan terbang.. dan memang terbang! Ibu melayang diatas.. dan subhanaullah, maha suci allah, ibu diperlihatkan tentang bagaimana kehidupan orang-orang diluar sana.. khususnya tentang hal ibu dan anak, ibu diperlihatkan tentang perjuangan seorang ibu .. serta orang tua untuk membuat anaknya bahagia dan soleh, bahkan seorang ibu yang hidup pas-pasan yang sudah ditinggal suaminya dan bahkan ia tidak lebih baik ekonominya dari kita, namun ia terus, terus, dan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk apa yang terbaik untuk anaknya. Ia pun rela untuk tidak makan hanya untuk biaya sekolah anaknya, namun dibandingkan dengan ibu, ibu malu ketika melihat itu.. radit, ibu merasa bersalah kepada kamu.. karna apa yang ibu lakukan bukanlah apa-apa dari seorang ibu tadi.. dan maka dari itulah ibu menangis melihatnya dan hanya ingin bertemu kamu.. namun ibu sempat melihat kamu bersekolah lagi dan ibu berharap itu adalah kenyataan dan ibu bisa membuatnya terjadi.. radit
Ibu pun tak’ kuasa menahan tangisnya..
“ibu.. maha besar allah atas apa yang ia lakukan, sesungguhnya ini adalah teguran untuk radit atas apa yang radit lakukan.. sekarang radit sudah sekolah, berkat izin allah dan bantuan pak’ wiko”
“Subhanullah, radit!”


Akan hukum pegangannya
Tidak ku lupa suruhan Yang Esa



2 komentar:

Copyright © / M.D

Template by : Urangkurai / powered by :blogger